Ramadhan 2002 dan 2009 (sekejap ja rasa)Ramadhan tahun nih dah pun nak berakhir.sekejap ja rasa.itu kalo yg tahun ni,kalo nak ikut sebelum-sebelum nih pun,sat juga rasa.7 tahun lepas berpuasa sebagai seorang student yang sedang menduduki peperiksaan SPM, tahun ni plak berpuasa sebagai seorang suami ('',)..sekejap ja rasa.insyaAllah tahun depan berpuasa sebagai seorang bapa plak..ekeke
Bercakap tentang 2002,saja tengok2 balik foto zaman sekolah dulu.best ja rasa.ni nak kongsi kat sini. (Kalo nak tgk clear sket,
KLIK ja pada
FOTO)


Bersama warden best - Cikgu Jauhari dan rakan2ku..Sebelah kanan nih pic lokerku dengan sign mohor peninggalanku.


- masa lawatan p kilang nstp penang..
- masa jamuan kelas 5 Teknik 1


Kiri - lepas habis malam persembahan blok 5 dan blok 8 (blok senior)
Kanan - Masa jamuan kelas 4 Teknik 3 dekat batu feringgi


Kiri- masa jamuan pengawas asrama
Kanan - Masa hari anugerah cemerlang.ni skuad rugby 7's yang jadi juara div 2 kejohanan rugby 7's MSSPP..


Kiri - dengan BONZER dan RIZAL
Kanan - dengan AMAT..lama xjumpa depa2 nih..apa la berita depa skarang ni yerrr


Kiri - dengan AM.aku dan pakaian sekolahku..ekeke (ni pakaian pengawas asrama)
Kanan - dengan cekgu chantek,Puan Santiyani..aku dengan rambut belah tengah..ahaks
♥
Sempena bulan Ramadhan yang mana setiap kebaikan dibayar berlipat kali ganda,bulan Mulia bg umat Islam,aku nak berkongsi dengan kawan2 crita2 agama utk mengambil keberkatan sempena bulan mulia nih insyaAllah.Moga menjadi pengajaran.
TANGISAN BILAL BIN RABAH -Radhiallaahu ‘Anhu, MUAZIN RASULULLAH -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam
Category : Kisah Islami
Published by Abdullah Hadrami [
abdullah] on 2008/10/14
TANGISAN BILAL BIN RABAH -Radhiallaahu ‘Anhu, MUAZIN RASULULLAH -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam
Jika nama Abu Bakar disebut, Al-Faruq Umar bin al-Khaththab -Radhiallaahu ‘Anhu berkata, “Abu Bakar adalah tuan kami, dan dia membebaskan tuan kami.” Yakni Bilal. Orang yang disebut Umar sebagai “tuan kami” adalah benar-benar orang yang mulia dan mempunyai kedudukan yang agung.
Ia adalah mu’adzin Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam. Ia adalah hamba yang disiksa oleh tuannya dengan batu yang telah dipanaskan un-tuk memurtadkannya dari agamanya, tapi ia berkata, “Ahad, Ahad (Allah Yang Esa).”
Ia hidup sebagai hamba sahaya, hari-harinya berlalu tanpa beda dan buruk. Ia tidak punya hak pada hari ini, dan tidak punya harapan pada esok hari. Seringkali ia mendengar tuan-nya, Umayyah, berbicara bersama kawan-kawannya pada suatu waktu dan para anggota kabilah di waktu lain tentang Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam, dengan pembicaraan yang meluapkan amarah dan ke-dengkian yang sangat.
Pada suatu hari Bilal bin Rabah mengetahui cahaya Allah, lalu ia pergi menemui Rasulullah a dan mengikrarkan keisla-mannya. Setelah itu ia menghadapi berbagai macam penyiksaan, tapi ia tetap tegar bagai gunung. Ia diletakkan dalam keadaan telanjang di atas bara api. Mereka membawanya keluar pada siang hari ke padang pasir, dan mencampakkannya di atas pasir-pasir yang panas dalam keadaan tak berbaju. Kemudian mereka membawa batu yang telah dipanaskan yang diangkut dari tem-patnya oleh sejumlah orang dan meletakkannya di atas tubuh dan dadanya. Siksa demi siksa berulang-ulang setiap hari, tapi ia tetap tegar. Hati sebagian penyiksanya menjadi lunak seraya berkata, “Sebutlah Lata dan Uzza dengan baik.” Mereka me-nyuruhnya supaya memohon kepadanya tapi Bilal menolak untuk mengucapkannya, dan sebagai gantinya ia mengucapkan senandung abadinya, “Ahad, Ahad“.
Abu Bakar ash-Shiddiq -Radhiallaahu ‘Anhu datang pada saat mereka menyiksanya, dan meneriaki mereka dengan ucapan, “Apakah kalian membunuh seseorang karena berucap, ‘Rabbku adalah Allah?’.” Abu Bakar meminta kepada mereka untuk menjualnya kepadanya. Umayyah memang berkeinginan untuk menjualnya. Akhirnya Abu Bakar rhu membelinya dengan harga yang berlipat ganda dari Umayyah. Setelah itu dia membebaskannya, dan Bilal mulai menjalani kehidupannya di tengah-tengah orang-orang mer-deka… para sahabat yang taat lagi berbakti. Ketika Abu Bakar memegang tangan Bilal untuk membawanya, maka Umayyah berkata kepadanya, “Ambillah! Demi Lata dan Uzza, seandainya kamu menolak kecuali membelinya dengan satu uqiyah, niscaya aku menjualnya kepadamu dengan harga itu.” Abu Bakar rhu menjawab, “Demi Allah, seandainya kamu menolak kecuali seharga seratus uqiyah, niscaya aku membayarnya.”
Setelah Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam hijrah ke Madinah, Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam me-nyariatkan adzan untuk shalat, dan pilihan jatuh pada Bilal sebagai mu’adzin pertama untuk shalat. Ini pilihan Rasulullah saw. Bilal pun melantunkan suaranya yang menyejukkan dan menggembirakan, yang memenuhi hati dengan iman, dan pendengaran dengan keindahan. Ia menyeru, “Allahu Akbar, Allahu Akbar” dan seterusnya. Ketika datang perang Badar, dan Allah menyampaikan urusannya, Umayyah keluar untuk berperang… Dan ia jatuh tersungkur dalam keadaan mati di tangan Bilal -Radhiallaahu ‘Anhu.
Pemimpin kekafiran mati tertusuk oleh pedang-pedang Islam sebagai balasan buat Bilal yang berteriak setelah terbunuh-nya, “Ahad, Ahad.” Hari-hari berlalu, Makkah ditaklukkan, dan Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam masuk Makkah dengan ditemani Bilal. Kebenaran telah datang, dan kebatilan telah sirna. Bilal mengikuti semua peperangan bersama Rasul -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam dan mengumandangkan adzan untuk shalat. Ia terus menjaga syiar agama yang agung ini. Sampai-sampai Rasul -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam menyifatinya sebagai “seorang pria ahli surga”. Dan Rasul -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam berpulang ke haribaan Allah dalam keadaan ridha lagi diridhai. Sepeninggal beliau, sahabatnya dan khalifahnya, Abu Bakar ash-Shiddiq -Radhiallaahu ‘Anhu bangkit memimpin urusan kaum muslimin. Bilal pergi menemui ash-Shiddiq seraya berkata kepadanya, “Wahai Khalifah Rasulullah, aku mendengar Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda,
‘Amalan mukmin yang paling utama ialah berjihad di jalan Allah’.”*
Abu Bakar bertanya kepadanya, “Apakah yang engkau kehendaki, wahai Bilal?” Ia menjawab, “Aku ingin murabathah (siap siaga berperang) di jalan Allah hingga aku mati.” Abu Bakar bertanya, “Lantas siapa yang mengumandangkan adzan untuk kami?!”
Bilal berkata, sementara kedua matanya mengalirkan air mata, “Sesungguhnya aku tidak mengumandangkan adzan untuk seorang pun sepeninggal Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam .” Abu Bakar berkata, “Tetaplah mengumandangkan adzan untuk kami, wahai Bilal.” Bilal berkata, “Jika engkau memerdekakan aku agar aku menjadi milikmu, lakukan apa yang engkau suka. Jika engkau memerdekakan aku karena Allah, biarkanlah aku berikut pembebasan yang kau berikan kepadaku.” Abu Bakar berkata, “Aku memerdekakanmu karena Allah, ya Bilal.”
Bilal kemudian melakukan perjalanan ke Syam yang di sana ia terus menjadi mujahid dan selalu siap sedia untuk berjihad. Konon, ia berkali-kali datang ke Madinah dari waktu ke waktu … tapi ia tidak mampu mengumandangkan adzan. Hal itu karena setiap kali hendak mengucapkan, “Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah” (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah), kenangan-kenangan masa lalu menahan dirinya, lalu suaranya tersembunyi di kerongkongannya, dan sebagai gantinya air matanyalah yang meneriakkan kata-kata itu.**
Akhir adzan yang dikumandangkannya ialah pada saat Khalifah al-Faruq Umar bin al-Khaththab -Radhiallaahu ‘Anhu mengunjungi Syam. Kaum muslimin meminta Khalifah membawa Bilal agar mengumandangkan adzan untuk shalat mereka. Amirul Mu’minin memanggil Bilal, sementara waktu shalat telah tiba. Umar berharap kepadanya agar mengumandangkan adzan untuk shalat. Bilal pun naik dan mengumandangkan adzan… maka menangislah para sahabat yang pernah bersama Rasulullah saw ketika Bilal mengumandangkan adzan untuk beliau. Mereka menangis seakan-akan mereka tidak pernah menangis sebelumnya, selamanya.
Bilal meninggal di Syam dalam keadaan bersiap siaga di jalan Allah, sebagaimana yang dikehendakinya. Semoga Allah meridhainya dan menjadikannya ridha kepadaNya.
♥
HIGH CLASS MENTALITY + HIGH CLASS ATTITUDE = 1 MALAYSIASana sini orang duk canang tentang konsep 1 Malaysia.dari iklan tv,radio,lagu,filem,sampai la ke poster tepi jalan sumanya tentang 1Malaysia.apa sebenarnya yang dimaksudkan dgn 1Malaysia?perpaduan?keharmonian?
Kempen semata tidak tidak mecukupi kalo nak mendidik tentang perpaduan dan keharmonian.Sepatutnya hal begini bermula dr didikan sewaktu kecil.dari zaman kanak2 lagi harus diajar utk membina
high class mentality dan juga
high class attitude. 2 benda nih penting kalo nak membentuk apa yg dikatakan 1 Malaysia.
Kalo kita nilai balik seniri pun,rakyat malaysia nih terkenal dgn sikap PHD (perasaan hasad dengki).tak buleh tgk orang lain senang,mesti nak sakit hati.itu yang sampai percaya ngan ilmu2 hitam tuh.lagi 1 sikap pendendam.contoh terbaik baru ja berlaku depan aku 2hari lepas.jalan sehala,wira sebelah kanan,kancil sebelah kiri.kancil nak memotong keta depan dia so dia bg signal nak masuk ke kanan,tapi ruang sket ja sbb ada wira.tapi sbb kan yg bawak kancil 2 xbapa cerdik,dia potong gak,wira 2 dah slow sket tekejut.hampir berlanggar.apa yg wira 2 wat?dia potong balek lepas 2,dia pintas btoi2 dkt ngan kancil 2.skali lagi hampir berlanggar.apa yg wira 2 pikir?ntahla.dendam nya pasal kan terus x pk natijah yg mungkin terjadi hasil tindakan dia tuh.mana la tahu kalo2 kancil 2 pun laju sket ja lagi,maybe 2 2 keta berlaga.dan dari posisi mcm 2,kemungkinan utk wira tuh terpusing dan terbabas amat tgi.dah berlaku kemalangan teruk.ada dia pikir?tentulah tidak.mentality dan attitude mcm ni yg byk dikalangan rakyat malaysia dan ini yg sebenarnya perlu dirawat kalo nak membentuk apa yg dikatakan 1 Malaysia.
p/s : ada lagi 1 peristiwa 2hari lepas,sorang mamat nek moto.dah la memotong cara salah then buat berani buleh tahan keta depan dia yg hampir berlanggar dgn dia tuh.terus p marah2.sbb apa brani?sbb yg drive 2 pompuan remaja.padahal yg salah si mamat nek moto tuh.
♥